Postingan

Tak Sejalan, Tapi Tak Salah

Aku menyukainya sejak lama—bukan karena dia sempurna, tapi karena caranya membuat segalanya terasa ringan. Senyumnya seperti jeda di hari-hari beratku, dan tawanya seperti musik yang hanya aku ingin dengar. Setiap obrolan kecil dengannya, aku simpan baik-baik. Setiap perhatian kecil darinya, aku maknai terlalu dalam. Aku tahu, mungkin aku saja yang merasa seperti ini. Tapi tetap saja, aku berharap. Sampai suatu hari, aku memberanikan diri. " Aku suka kamu ," kataku pelan, tapi jelas. Dia terdiam. Lama. Matanya tak berpaling dariku, tapi aku tahu jawabannya sebelum dia mengucapkannya. " Aku senang kita dekat ," katanya hati-hati,  " Tapi aku nggak punya perasaan yang sama ." Rasanya seperti ditarik keluar dari mimpi. Tapi aku tersenyum.  " Nggak apa-apa ," jawabku. Karena memang tidak apa-apa. Perasaan tidak selalu harus dibalas. Kadang, cukup dihargai. Sejak saat itu, aku belajar bahwa mencintai tak harus memiliki. Dan bahwa tidak semua ki...

untukmu yang sulit digapai

 Ada satu nama yang selalu hadir di sela-sela pikiranku—sebuah nama yang mungkin tak pernah tahu betapa seringnya ia berkunjung dalam ingatan. Seseorang yang begitu dekat dalam jarak, namun terasa sangat jauh untuk digapai. Aku menyebutnya sebagai "crush", meskipun sebenarnya perasaanku mungkin lebih dari sekadar kekaguman singkat. Ada sesuatu tentang dirinya—senyumnya yang sederhana, cara ia berbicara dengan tenang, bahkan gelak tawanya yang kadang tak sengaja kudengar—yang membuat hati ini tak bisa diam. Setiap kali bertemu, rasanya ingin berbicara lebih banyak, mengenalnya lebih dalam, tetapi keberanian sering kali kalah dengan rasa takut. Takut jika harapan ini hanyalah jalan satu arah. Takut jika perasaan ini hanya akan menjadi beban baginya, sementara bagiku, ia adalah sosok yang terlalu tinggi untuk kugapai. Ia mungkin tak pernah sadar bahwa saat ia terlihat bahagia, ada seseorang yang diam-diam ikut merasakan kebahagiaan kecil itu. Dan ketika ia lelah, aku pun ingin m...