Tak Sejalan, Tapi Tak Salah
Aku menyukainya sejak lama—bukan karena dia sempurna, tapi karena caranya membuat segalanya terasa ringan. Senyumnya seperti jeda di hari-hari beratku, dan tawanya seperti musik yang hanya aku ingin dengar. Setiap obrolan kecil dengannya, aku simpan baik-baik. Setiap perhatian kecil darinya, aku maknai terlalu dalam. Aku tahu, mungkin aku saja yang merasa seperti ini. Tapi tetap saja, aku berharap. Sampai suatu hari, aku memberanikan diri. " Aku suka kamu ," kataku pelan, tapi jelas. Dia terdiam. Lama. Matanya tak berpaling dariku, tapi aku tahu jawabannya sebelum dia mengucapkannya. " Aku senang kita dekat ," katanya hati-hati, " Tapi aku nggak punya perasaan yang sama ." Rasanya seperti ditarik keluar dari mimpi. Tapi aku tersenyum. " Nggak apa-apa ," jawabku. Karena memang tidak apa-apa. Perasaan tidak selalu harus dibalas. Kadang, cukup dihargai. Sejak saat itu, aku belajar bahwa mencintai tak harus memiliki. Dan bahwa tidak semua ki...